Matakata.co – Bulan, satelit Bumi. Benda langit yang paling terang setelah Matahari. Bulan juga memengaruhi pasang surut air laut di Bumi karena pengaruh gravitasinya.
Fakta yang ada pada Bulan banyak sekali. Bulan diketahui berada dalam rotasi sinkron dengan Bumi, sehingga kita selalu melihat sisi yang sama dari Bulan.
Sampai-sampai, karena posisinya yang menonjol dan fasenya yang teratur, Bulan telah memengaruhi banyak aspek budaya, seperti penanggalan, seni dan mitologi di dunia ini.
Susunan bagian dalam Bulan terdiri atas tiga lapisan utama: inti, mantel, dan kerak. Keraknya merupakan lapisan terluar yang penuh dengan kawah dan dataran tinggi, bekas benturan asteroid dan meteorit selama miliaran tahun. Kerak bulan memiliki tebal sekitar 50 kilometer.
Di bawah kerak terdapat mantel, yang sebagian besar tersusun atas batuan silikat padat. Meski sebagian besar sudah dingin, masih ada kemungkinan terdapat sisa aktivitas geologis yang tersisa. Sementara itu, inti Bulan yang kecil terdiri dari logam seperti besi dan sedikit nikel. Meskipun ukurannya kecil, keberadaan inti ini masih menyimpan banyak misteri yang terus diteliti oleh para ilmuwan.
Banyak sekali fakta menarik dari Bulan. Seperti dalam teori The Big Whack yang mengungkapkan, sekitar 4,5 miliar tahun lalu, sebuah benda langit seukuran Mars menghantam Bumi muda. Tabrakan dahsyat itu melemparkan serpihan material ke orbit Bumi, yang kemudian menyatu dan membentuk Bulan. Bukti geologis menunjukkan bahwa komposisi Bulan mirip dengan mantel Bumi, mendukung teori ini.
Banyak juga keilmuan yang menyebutkan bahwa satu-satunya satelit alami yang dimiliki Bumi adalah Bulan, yang mengelilingi planet ini dengan jarak rata-rata kurang lebih 384.400 kilometer.
Meski begitu, pengaruhnya terhadap Bumi sangat besar. Bulan memengaruhi rotasi planet, stabilitas sumbu, hingga menciptakan fenomena pasang surut air laut.
Diketahui, cahaya Bulan yang kita lihat sebenarnya adalah pantulan dari sinar Matahari. Permukaannya yang dilapisi debu dan batuan memantulkan cahaya tersebut kembali ke arah Bumi. Karena sifat reflektif nya tidak sebaik cermin, hanya sebagian kecil cahaya yang dipantulkan, menjadikan sinar Bulan tampak lembut dan tidak menyilaukan.
Bulan juga mengalami fenomena gerhana, ketika Bulan tertutup oleh bayangan Bumi. Peristiwa ini hanya dapat terjadi ketika posisi Matahari, Bumi, dan Bulan tepat atau hampir membentuk garis lurus dan Bulan berada dalam fase Bulan purnama. Jenis dan durasi gerhana Bulan bergantung pada jarak Bulan terhadap simpulnya di orbit.
Wilayah bayang-bayang Bumi yang dimasuki Bulan dalam perjalanannya mengelilingi Bumi itu ada dua, yaitu daerah bayang-bayang tambahan Bumi atau penumbra yang ada di bagian luar dan daerah bayang-bayang inti Bumi alias umbra yang terletak di tengah-tengah.
Ketika Bulan memasuki penumbra Bumi, saat itu terjadi gerhana Bulan penumbra (GBP). Jika sebagian Bulan memasuki umbra Bumi, maka terjadilah gerhana Bulan sebagian (GBS). Berikutnya, apabila semua bagian Bulan sudah berada di dalam umbra Bumi, maka terjadilah gerhana Bulan total (GBT).
Selama GBT, wilayah bayang-bayang Bumi yang dilintasi Bulan adalah penumbra Bumi, umbra Bumi, dan penumbra Bumi kembali. Karena itu, tahapan dalam GBT akan dimulai dengan GBP pertama, GBS awal, fase totalitas gerhana atau GBT, GBS akhir, dan GBP kedua yang sekaligus menandai selesainya seluruh proses gerhana Bulan.
Kondisi itu pula yang terjadi dalam GBT, Minggu-Senin, 7-8 September 2025 ini. Ingat, gerhana Bulan akan selalu terjadi saat fase Bulan purnama sehingga warna dasar Bulan yang kuning cerah akan berubah secara perlahan menjadi lebih gelap.
Saat ini, kondisi bulan adalah Fase Bulan Cembung Menurun (Waning Gibbous), atau kadang disebut juga Bulan Cembung Akhir.
Kondisi ini membuat Bulan di sekitar 94% permukaannya disinari cahaya matahari. Mungkin karena ini juga membuat Bulan semakin indah dipandangi akhir-akhir ini.
Kondisi Fase Bulan Cembung Menurun (Waning Gibbous) ini terjadi setelah fase Bulan Purnama dan sebelum fase Kuartal Akhir.
Menariknya Fase Bulan Cembung Menurun (Waning Gibbous) ini, Bulan akan terlihat lebih dari separuh permukaan bulan yang terang, tetapi mulai mengecil dari hari ke hari.
Dikutip dari Kompas.com, menulis bahwa fase-fase bulan terjadi karena perbedaan posisi Bulan, Bumi dan Matahari dalam sistem tata surya kita.
Setiap bulan, Bulan mengorbit Bumi, dan pergerakan ini menyebabkan berbagai bagian Bulan menerima cahaya matahari yang berbeda-beda.
Sebagian besar waktu, sisi Bulan yang menghadap Bumi tidak mendapatkan sinar matahari penuh, sehingga kita hanya dapat melihat bagian-bagian tertentu dari permukaan Bulan.
Hal inilah yang menciptakan perubahan bentuk yang kita amati sebagai fase bulan.
Fase Bulan Cembung Menurun (Waning Gibbous) ini, seperti dikutip dari beautynesia.id, dengan Bulan Purnama yang mulai memudar. Di siklus in kamu akan merasa mulai relax sejenak.
Pada siklus ini mungkin kamu akan menuai manfaat dari pekerjaan yang telah kamu lakukan secara sungguh-sungguh. Memudarnya siklus bulan purnama juga membuat kita merasa lebih terbuka untuk berbagi.