• News
  • Opini
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Sastra
  • Login
Upgrade
matakata.co
  • News
  • Opini
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Sastra
Tidak Ada Hasil
Perlihatkan Semua Hasil
  • News
  • Opini
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Sastra
Tidak Ada Hasil
Perlihatkan Semua Hasil
matakata.co
Tidak Ada Hasil
Perlihatkan Semua Hasil
Home Sastra

Kaleng Rongsokan Akhir Jaman

puisi Daraus

Minggu, 18/2/24 | 12:35 WIB
Kaleng Rongsokan Akhir Jaman

Senandung Ibu, Selembut Merdu

Sebelum kita masuk semakin dalam, aku ingin bertanya padamu, adakah lagu merdu yang bisa mengalahkan senandung ibu? Ini bagai membalik berjuta detik dalam balutan kenangan yang himpit menghimpit dalam pikiranmu. Walau tak bernada apalagi kata, senandung itu telah jauh membawamu tumbuh.

Kamu pun sebenarnya jelas mendengar bahwa senandung itu penuh dengan keluh yang mendung. Tentang resah menatap hari depan yang lelah, dan tentang ketakutan mereka pada usiamu yang bersiap menjemput paradigma yang telah mereka setujui bersama.

Iramakanlah kembali nada yang terngiang di telingamu saat ini. Dengan syair tentangku, tentangmu atau tentang kupu-kupu liar penuh warna, mungkin saja kamu bisa kembali merengkuh jiwa.

Apakah kamu bisa merasakannya? Masuklah dan dengarkan kembali senandung ibu yang mengalun bersama ayunan lembut bagai dalam sangkar beludru.

*****

 

Suara di Keheningan

Di keheningan, di sunyi yang bertubi, di lamunan panjang tentang jurang pembatas antara aku dan aku, asa apa yang mesti kuucap untukmu?

Ku dengungkan nada, ku ucap berkali-kali puja.

Kemudian waktu berlalu, dan aku menemukanmu. Ternyata engkau ada di keheningan. Tepat di antara aku dan aku.

*****

 

Berserah

Suara seseorang yang sembahyang di malam buta tak bersuara, dan aku di sana.

Ia meratap. Tanpa asa mencoba mencari celah cahaya.

Ia berkata, “Malam, malam, malam dan malam. Betapa setianya ia memberi terang. Siang, siang, siang dan siang. Betapa setianya ia memberi kelam.”

*****

Tags: DarausPuisi
ShareTweetPin

Related Posts

Nyala Raga
Sastra

Nyala Raga

Senin, 04/3/24 | 19:24 WIB

Nyala Raga Di tengah malam buta, kamu tertawa. Tak lama. Setelahnya, lelap mengantarkan jiwamu menuju dunia tak bertahta. Senyum masih...

Luapan Elegi
Sastra

Luapan Elegi

Jumat, 01/3/24 | 22:45 WIB

LUAPAN ELEGI   Jadi kita harus mulai dari mana? Dia menunjuk. Seorang pengemis tua membagi luka. Duduk di persimpangan jalan...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • News
  • Opini
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Sastra

Copyright matakata.co @2024

Tidak Ada Hasil
Perlihatkan Semua Hasil
  • News
  • Opini
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Sastra

Copyright matakata.co @2024

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In