Senandung Ibu, Selembut Merdu
Sebelum kita masuk semakin dalam, aku ingin bertanya padamu, adakah lagu merdu yang bisa mengalahkan senandung ibu? Ini bagai membalik berjuta detik dalam balutan kenangan yang himpit menghimpit dalam pikiranmu. Walau tak bernada apalagi kata, senandung itu telah jauh membawamu tumbuh.
Kamu pun sebenarnya jelas mendengar bahwa senandung itu penuh dengan keluh yang mendung. Tentang resah menatap hari depan yang lelah, dan tentang ketakutan mereka pada usiamu yang bersiap menjemput paradigma yang telah mereka setujui bersama.
Iramakanlah kembali nada yang terngiang di telingamu saat ini. Dengan syair tentangku, tentangmu atau tentang kupu-kupu liar penuh warna, mungkin saja kamu bisa kembali merengkuh jiwa.
Apakah kamu bisa merasakannya? Masuklah dan dengarkan kembali senandung ibu yang mengalun bersama ayunan lembut bagai dalam sangkar beludru.
*****
Suara di Keheningan
Di keheningan, di sunyi yang bertubi, di lamunan panjang tentang jurang pembatas antara aku dan aku, asa apa yang mesti kuucap untukmu?
Ku dengungkan nada, ku ucap berkali-kali puja.
Kemudian waktu berlalu, dan aku menemukanmu. Ternyata engkau ada di keheningan. Tepat di antara aku dan aku.
*****
Berserah
Suara seseorang yang sembahyang di malam buta tak bersuara, dan aku di sana.
Ia meratap. Tanpa asa mencoba mencari celah cahaya.
Ia berkata, “Malam, malam, malam dan malam. Betapa setianya ia memberi terang. Siang, siang, siang dan siang. Betapa setianya ia memberi kelam.”
*****