Nyala Raga
Di tengah malam buta, kamu tertawa. Tak lama. Setelahnya, lelap mengantarkan jiwamu menuju dunia tak bertahta. Senyum masih membekas di wajahmu, dan mereka, sepasang paduan jiwa yang berjumpa bahagia lekat menatapmu dengan asa yang mulai bergelora untuk hari depan yang sebenarnya tak pernah ada. Perempuan itu inginkan kamu menjadi permata, lelaki itu inginkan kamu menjadi senjata, walau aku tahu kamu adalah lentera.
Biarlah. Mereka memang kupilihkan untukmu. Setiap mereka juga telah kupilihkan untuk mereka. Hanya perlu kamu tahu, semua yang kubagi adalah untuk segalanya.
Tak ada yang salah dengan asa mereka, pun tak ada yang salah dengan jalan cerita. Kamu akan tetap menjadi sesuatu untuk segala. Berjalanlah sesuai dengan jiwa, maka tiada cerita yang luput dari rencana awal dan akhir dunia.
*****
Sekian lama menatap warna, kamu mulai mencoba menjangkaunya. Bagaimana? Apakah genggamanmu telah memberi tahu bahwa semua bukan hanya tentang warna tapi juga memiliki raga? Biarlah. Ini adalah jalan untuk membuka peka menuju santapan indera. Walau di balik itu semua aku sadar bahwa semua yang berada akan menjelma menjadi rantai pengikat sukma.
Demi masa.
*****