Padang, Matakata.co – Ketua Sementara DPRD Sumbar, Irsyad Safar mengatakan, tanpa mengoptimalkan potensi daerah dan PAD (Pendapatan Asli Daerah), target Sumbar untuk menjadi daerah maju dan bermartabat akan sulit dicapai.
Hal itu dikatakan Irsyad Safar saat menghadiri malam resepsi peringatan Hari Jadi Sumatera Barat (Sumbar) Ke-79 di Gubernuran Sumbar, Selasa (1/10).
Menurut Irsyad ,‘Maju dan Bermartabat’ merupakan tema peringatan Hari Jadi Sumbar, sangat erat kaitannya dengan peningkatan potensi daerah dan PAD.
Selain kedua hal tersebut, hal penting lainnya yakni membentuk sumber daya manusia (SDM) unggul, cerdas dan madani. Dengan begitu SDM tersebut akan ikut mendorong percepatan pembangunan daerah.
Ia berharap momen peringatan Hari Jadi Sumbar akan membawa semua unsur masyarakat untuk merenungkan sejarah dan keadaan Sumbar pada saat kini. Perenungan tersebut diharapkan dapat memunculkan keinginan dan motivasi untuk perbaikan Sumbar ke depan.
“Minangkabau terkenal sebagai daerah asal banyak tokoh pemikir hebat. Banyak pahlawan yang terkenal dengan pemikirannya berasal dari sini. Kita berharap hal itu terulang kembali,” paparnya.
Sebut saja M.Yamin yang gagasannya menjadi pemantik bagi anggota sembilan untuk melahirkan Piagam Jakarta yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Pancasila pada Juni 1945.
Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama yang dikenal sebagai bapak ekonomi Indonesia. Datuk Ibrahim Tan Malaka yang pemikiran progresifnya menjadi pelecut bagi kaum revolusioner Indonesia. Bahkan pemikirannya masih hidup dan menjadi bagian kerangka kritis dari sebagaian kaum pergerakan.
“Ada lagi Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih populer dipanggil Buya Hamka. Lalu Agus Salim yang terkenal dengan keterampilan berdiplomasi dan lobby yang tinggi, tentu masih banyak lagi tokoh-tokoh lainya yang tak tersebutkan satu persatu,” katanya.
Irsyad pun cukup menyayangkan dalam kancah politik Indonesia saat ini, tak terlihat lagi representasi generasi Minang yang pintar dan mampu menjadi pembeda dalam corak pemikiran.
Dia melihat tidak ada elite-elite yang benar-benar merepresentasikan sebagai cadiak pandai alim ulama dari Minang. Justru yang tersisa hanya mereka yang berdarah Minang tapi tidak berbudaya Minang yang sesungguhnya. (Y)