Aku adalah terumbu karang yang pecah di bagian otaknya. Yang melamun benak hati, cakrawala dari segala dimensi.
Dua biru laksana katanya indah,
Nyatanya tiada yang bisa, menggantikan dirinya.
Aku adalah lampion busuk yang terjepit di pojok toko kelontong. Yang mulai lupa cara bersinar. Tapi aku masih ingat kisah kasih kita di sekolah. Percayalah.
Kau dengar lagu itu? Tentang kesunyian, kesunyian, kesunyian.
Hanya kesunyian!
Dan sayangnya, satupun tak ada yang bicara lantang, mengungkapkan, dimana kita ini sekarang.
Di lorong yang tersembunyi
Di tempat tak bertempat
Ah!
Terlalu banyak misteri yang membuat dunia menjadi sunyi.
Tawa rasa luka, pernah mencoba?
Ah, sunyi, pada siapa harus bicara?
Pulangkan saja,
Pulangkan pada yang berpijak di tebing sore, mencabik binar menikam kelam. Menghadirkan malam yang mungkin saja tak sampai habis dibagi tiga.
Matahari terbenam sendirian, Kawan.
Sendirian, Kawan.
Sendirian.
Dan, habiskan sunyi, biar padang muram dan lautan mencerca.
*****
Puisi : Wahyu Alhadi