Padang, Matakata.co – Pertama kalinya sebuah festival seni dan budaya berskala internasional akan digelar di Maek, Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota pada Juli ini.
Menariknya, acara yang diberi nama Festival Maek ini bukan hanya soal pertunjukan, namun juga menjadi langkah dan upaya menggali lebih dalam serta memperkenalkan lebih jauh lagi kawasan yang memiliki lebih dari seribu menhir ini.
Seperti yang disampaikan Ketua DPRD Sumbar, Supardi dalam jumpa pers terkait sosialisasi Festival Maek, Selasa (9/7) di Ruang Khusus I DPRD Sumbar, bahwa kawasan Nagari Seribu Menhir patut menjadi sebuah destinasi wisata khusus.
“Tidak saja soal pariwisata, tapi ada misteri peradaban di kawasan Maek ini yang perlu digali lebih dalam,” kata Supardi.
Menurutnya, kehadiran Maek dengan seribu lebih menhir ini berhubungan erat dengan jejak sejarah peradaban, apalagi katanya menhir ini juga sedang dalam penelitian mencari tahu masa kapan menhir-menhir itu mulai ada, yang kemungkinannya Maek bisa jadi masuk dalam kawasan di masa peradaban tertua dunia.
“Saat ini fosil tengkorak yang ditemukan di Maek sedang diteliti di Australia, dan kita pun menunggu hasil, seberapa lama dan sejak kapan menhir ini mulai muncul di Maek,” katanya.
Dia pun menilai, dengan memperkenalkan Maek lewat festival ini akan semakin mencuri perhatian arkeolog dunia untuk menggali lebih dalam keberadaan menhir di sana. Apalagi hal ini tentu akan semakin membuka cakrawala serta memberi pengetahuan terbaru terkait pondasi sejarah.
“Dengan begitu, Sumbar tak hanya fokus pada pariwisata alam, tapi juga wisata budaya seperti halnya Jogjakarta dan Bali,” ujar Supardi.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar, Jefrinal Arifin yang hadir pada jumpa pers itu mengatakan pendanaan Festival Maek ini didapat dari dana pokok pikiran Ketua DPRD Sumbar, Supardi.
“Proses persiapan sudah sejak beberapa bulan lalu, dan sebelumnya kita juga adakan pra festival,” katanya.
Jefrinal menyebutkan, untuk pra festival telah diadakan workshop pada 8-10 Mei lalu di Nagari Maek, yang berlanjut dengan residensi pada 11-30 Juni. Kemudian acara selanjutnya akan diadakan pameran pada 14-16 Juli di Gedung Gambir Kota Payakumbuh dan diskusi di Aula Kantor Walikota dan Agamjua Art and Cafe Culture.
“Untuk Festival Maek ini akan digelar pada 17 sampai 20 Juli, yang akan diisi dengan pertunjukan dan diskusi,” jelasnya. (y)