Limapuluh Kota, Matakata.co – Peristiwa Situjuah harus dikenang dan dihargai sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan para pahlawan, sekaligus sebagai inspirasi dalam mengisi kemerdekaan.
Hal itu dikatakan Wakil Ketua DPRD Sumatera Barat (Sumbar), Evi Yandri Rajo Budiman saat menghadiri Upacara Peringatan Peristiwa Situjuah ke-76, Rabu (15/1).
Evi berharap dengan peringatan ini, sebagai cara agar masyarakat tidak melupakan sejarah. Selain itu masyarakat juga seharusnya bangga karena provinsi ini punya kontribusi besar dalam menyelematkan negara dengan berdirinya PDRI pada masa itu.
“Saat itu pemimpin negara ini diculik penjajah, lalu terjadi kekosongan pemerintahan. Maka didirikanlah pemerintahan darurat di sini, di ranah Minang, PDRI. PDRI merupakan penyambung nyawa Republik Indonesia kala itu. Ini kontribusi Sumbar yang sangat besar untuk negara,” ujar Evi Yandri.
Dalam upacara peringatan peristiwa Situjuah yang dilaksanakan di Lapangan Khatib Sulaiman, Nagari Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Limapuluh Kota, juga mengingatkan agar generasi yang mewarisi kemerdekaan bisa mengisinya dengan hal positif dan bergerak untuk kemajuan negeri.
Ia mengatakan Sumbar juga bersumbangsih besar sebagai pendiri negara dengan memiliki tokoh proklamator, Bung Hatta. Bahkan banyak pula tokoh besar lainnya yang berasal dari Sumbar. Oleh karena itu, ia berharap dengan mengingat hal tersebut, masyarakat terus tergerak untuk berprestasi serta berkontribusi besar bagi daerah dan negara.
Saat upacara peringatan peristiwa Situjuah tersebut, hadir pula Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah yang bertindak sebagai inspektur upacara.
Mahyeldi menghimbau masyarakat menjadikan perisitiwa Situjuah sebagai bentuk penghormatan sekaligus inspirasi dari rangkaian terjadinya peristiwa terbentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dimulai pada 22 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949, tepat ditengah masa Agresi Militer Belanda Ke-II saat itu.
“Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pernah dibentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Salah satu mata rantai PDRI tidak lepas dari ingatan kita bersama bahwa peristiwa Situjuah 15 Januari 1949. Oleh karena itu banyak peristiwa yang musti kita gali, diantaranya adalah semangat persatuan dan kesatuan,” ucapnya saat menjadi inspektur upacara tersebut.
Mahyeldi menilai dalam rangka mewujudkan semangat persatuan dan kesatuan, perlu adanya keinginan yang kuat untuk mengedepankan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi ataupun golongan. (U)